Maka yang mengemuka kemudian adalah sebuah upaya penafsiran melalui medium seni visual yang personal, menghadirkan kekayaan sudut pandang, seperti aspek spiritualitas, mitologis, historis, ekologis, maupun sosial. Pameran yang diikuti 31 seniman ini di kuratori oleh Made Susanta Dwitanaya. Para seniman tak hanya terkungkung oleh kebesaran masa lalu berupa tinggalan historis atau jejak Akeologis, melainkan juga merayakan kekinian sebagai pencipta yang merdeka.
Peninggalan-peninggalan kerajaan Bali kuno atau kerajaan Bali pra Majapahit, banyak ditemukan di daerah dataran tinggi dan sepanjang daerah aliran sungai, terutama Pakerisan, Petanu, Tampaksiring, Pejeng, hingga Bedulu ( Gianyar ) dan juga di sekitar wilayah Kintamani, Bangli.
Banyak peninggalan Arkeologi dan jejak historis di wilayah tersebut, mencerminkan kepercayaan masyarakat Bali yang menganut Agama Hindu, pada beberapa teks lontar sering disebut sebagai Agama Tirtha, dimana Air merupakan unsur penting dalam setiap ritual keagamaan. Sejumlah Candi yang dapat ditemui pada wilayah itu, semisal: Candi Gunung Kawi, Candi Kerobokan, Candi Kelebutan, dan Candi Jukut Paku. Boleh dikata pameran bersama kali ini tertaut juga dengan peristiwa sebelumnya, yakni pameran “Mahendradatta: Jejak Arkeologis dan sosok Historis”, kerjasama Bentara Budaya Bali dengan Balai Arkeologi Denpasar ( April 2016 ), dimana para perupa Amarawati Art Community: Komunitas Perupa Tampaksiring turut terlibat dengan menampilkan karya-karya sket hasil on the spot di situs-situs tinggalan tersebut.
Para perupa yang ikut serta dalam pameran ini antara lain: I Made Suwisma, I Wayan Arya Aripta Guna, I Putu Edy Asmara Putra, I Made Muliana “Bayak”, I Nyoman Suarnata, Ida Bagus Ketut Djiwartem, Pande Wayan Suputra, I Made Kartiyoga, I Wayan Arinata, I Made Renaba, Ngakan ketut Parweka, Ida Bagus Sudana Astika, Ida Bagus asmara Wirata, Ida Bagus Dewangkara, Dewa Gede Saputra, Ngakan Agus Artha Wijaya, Jro mangku Jiwatman, Ni Komang Atmi Kristiadewi, Ni Nyoman Kartika Tri Dewi, I Made Sudiana “Pedjeng”, Ni Nyoman Kandika, I Made Suwi, I Made Adi Putra Sentana, I Made Ardiana, I Gede Arya Danu Palguna, I Wayan Gede Kesuma Dana, Jro Mangku Nyoman Sutrisna, I Wayan Gede Suwahyu, I Ketut Darmayasa, Putu Krisna Soma Mayudata dan Damar Langit Timur.